Senin, 07 April 2014

Asal Mula Penyembahan Berhala (2)

Akar Penyembahan Berhala, Materialisme

Sesungguhnya penyembahan berhala berasal dari suatu paham pemikiran manusia yang dinamakan "materialisme". Materialisme atau paham kebendaan mendasarkan pandangannya atau pokok pemikirannya pada benda dan hanya benda. Sesuatu dipahami hanya dari sisi kebendaannya. Bahkan sisi rohani atau perasaan manusia pun dipahami hanya sebagai akibat dari pergerakan atom-atom dalam tubuh manusia, atau, perasaan manusia hanya sebagai akibat dari proses fisika dan kimia dalam tubuh manusia.

Bagi seorang pengikut paham materialis, arti "hidup" hanyalah sekadar atom-atom yang saling bergerak, berhubungan, baik secara fisika maupun kimia, yang membangun dan membentuk satu tubuh yang kemudian tubuh itu dapat dinamakan "tumbuhan", "hewan", atau "manusia". Walaupun oleh mereka manusia tetap dipandang lebih unggul, tapi tetaplah secara hakikat, manusia, hewan, dan tumbuhan itu sama saja, yaitu kumpulan atom-atom. Sebaliknya arti "mati" adalah keadaan di mana atom-atom berhenti saling membangun, sebaliknya saling menghancurkan sehingga benda yang dibentuk oleh atom-atom tersebut menjadi berhenti bergerak, kemudian membusuk.

Materialisme tak dapat menjelaskan hal-hal yang menyangkut aspek perasaan atau rohaniah dari manusia. Paham ini juga tak dapat menjelaskan perkara-perkara di luar nalar manusia, perkara-perkara ajaib atau bahkan mukjizat para nabi. Mereka akan selalu mencari penjelasan materi dari suatu peristiwa di luar nalar. Karena materialisme adalah paham serba benda, maka tentunya materialisme menolak atau menafikan non-benda atau kita sebut perkara gaib. Konsekuensinya, materialisme menolak adanya Tuhan dan perkara-perkara gaib lain seperti malaikat, surga dan neraka, wahyu dan ilham, dan agama.

Materialisme Setengah Hati

Sebagian manusia ada yang menganut materialisme sepenuhnya, contohnya adalah orang atheis (tak percaya Tuhan), orang komunis, atau ilmuwan masa kini seperti fisikawan Stephen Hawking dan orang-orang sejenisnya yang sibuk mencari penjelasan material dari semua hal.

Tapi sesungguhnya yang terbanyak adalah pengikut materialisme setengah hati. Mereka masih meyakini adanya kekuatan atau kekuasaan adi kodrati, atau sesuatu yang berkuasa atas mereka dan sebagian atau seluruh alam ini. Mereka menyebutnya tuhan, dewa, dewi, god, yahweh, atau nama-nama lainnya. Mereka pun mau tunduk pada sesuatu yang berkuasa itu. Tetapi mereka mau, sesuatu yang mahakuasa itu berupa materi, yaitu dapat dilihat, diraba, disentuh, untuk memuaskan kesukaan mereka pada dunia kebendaan. Inilah yang membuat manusia selalu dan selalu kembali pada penyembahan berhala, walaupun berkali-kali dalam sejarah, Tuhan telah mendatangkan nabi-nabi dan rasul-rasul untuk mengajak manusia kembali menyembah Allah yang Maha Gaib dan Allah telah menghancurkan kaum-kaum yang menolak bahkan menentang seruan para rasul.

Kaum-kaum itu telah menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa di luar nalar yang terjadi bersama datangnya para rasul, atau kita sebut mukjizat. Tapi pada akhirnya kebanyakan mereka mengikuti nafsunya dan akalnya yang pendek, sehingga mereka menentang para rasul dan nabi. Akhirnya hukuman Allah yang maha dahsyat memusnahkan mereka. Bekas-bekasnya masih dapat kita lihat hingga masa kini.

Al Quran menceritakan tentang Bani Israil yang menyembah patung anak sapi dari emas yang mereka buat sendiri, padahal nabi mereka, Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam masih bersama mereka. Padahal mereka baru saja secara ajaib dapat bebas dari cengkeraman Fir'aun yang telah menganiaya mereka selama ratusan tahun tanpa seorang pun dari mereka dapat melawannya. Padahal mereka baru menyaksikan dan mengalami sendiri, peristiwa ajaib berupa terbelahnya lautan yang mustahil terjadi dengan pengetahuan apapun dari akal manusia. Lihat bagaimana nafsu material mereka atau nafsu kebendaan mereka menyesatkan mereka dari kebenaran yang telah dan sedang mereka alami.