Akar Penyembahan Berhala, Materialisme
Sesungguhnya penyembahan berhala berasal dari suatu paham pemikiran manusia yang dinamakan "materialisme". Materialisme atau paham kebendaan mendasarkan pandangannya atau pokok pemikirannya pada benda dan hanya benda. Sesuatu dipahami hanya dari sisi kebendaannya. Bahkan sisi rohani atau perasaan manusia pun dipahami hanya sebagai akibat dari pergerakan atom-atom dalam tubuh manusia, atau, perasaan manusia hanya sebagai akibat dari proses fisika dan kimia dalam tubuh manusia.
Bagi seorang pengikut paham materialis, arti "hidup" hanyalah sekadar atom-atom yang saling bergerak, berhubungan, baik secara fisika maupun kimia, yang membangun dan membentuk satu tubuh yang kemudian tubuh itu dapat dinamakan "tumbuhan", "hewan", atau "manusia". Walaupun oleh mereka manusia tetap dipandang lebih unggul, tapi tetaplah secara hakikat, manusia, hewan, dan tumbuhan itu sama saja, yaitu kumpulan atom-atom. Sebaliknya arti "mati" adalah keadaan di mana atom-atom berhenti saling membangun, sebaliknya saling menghancurkan sehingga benda yang dibentuk oleh atom-atom tersebut menjadi berhenti bergerak, kemudian membusuk.
Materialisme tak dapat menjelaskan hal-hal yang menyangkut aspek perasaan atau rohaniah dari manusia. Paham ini juga tak dapat menjelaskan perkara-perkara di luar nalar manusia, perkara-perkara ajaib atau bahkan mukjizat para nabi. Mereka akan selalu mencari penjelasan materi dari suatu peristiwa di luar nalar. Karena materialisme adalah paham serba benda, maka tentunya materialisme menolak atau menafikan non-benda atau kita sebut perkara gaib. Konsekuensinya, materialisme menolak adanya Tuhan dan perkara-perkara gaib lain seperti malaikat, surga dan neraka, wahyu dan ilham, dan agama.
Materialisme Setengah Hati
Sebagian manusia ada yang menganut materialisme sepenuhnya, contohnya adalah orang atheis (tak percaya Tuhan), orang komunis, atau ilmuwan masa kini seperti fisikawan Stephen Hawking dan orang-orang sejenisnya yang sibuk mencari penjelasan material dari semua hal.
Tapi sesungguhnya yang terbanyak adalah pengikut materialisme setengah hati. Mereka masih meyakini adanya kekuatan atau kekuasaan adi kodrati, atau sesuatu yang berkuasa atas mereka dan sebagian atau seluruh alam ini. Mereka menyebutnya tuhan, dewa, dewi, god, yahweh, atau nama-nama lainnya. Mereka pun mau tunduk pada sesuatu yang berkuasa itu. Tetapi mereka mau, sesuatu yang mahakuasa itu berupa materi, yaitu dapat dilihat, diraba, disentuh, untuk memuaskan kesukaan mereka pada dunia kebendaan. Inilah yang membuat manusia selalu dan selalu kembali pada penyembahan berhala, walaupun berkali-kali dalam sejarah, Tuhan telah mendatangkan nabi-nabi dan rasul-rasul untuk mengajak manusia kembali menyembah Allah yang Maha Gaib dan Allah telah menghancurkan kaum-kaum yang menolak bahkan menentang seruan para rasul.
Kaum-kaum itu telah menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa di luar nalar yang terjadi bersama datangnya para rasul, atau kita sebut mukjizat. Tapi pada akhirnya kebanyakan mereka mengikuti nafsunya dan akalnya yang pendek, sehingga mereka menentang para rasul dan nabi. Akhirnya hukuman Allah yang maha dahsyat memusnahkan mereka. Bekas-bekasnya masih dapat kita lihat hingga masa kini.
Al Quran menceritakan tentang Bani Israil yang menyembah patung anak sapi dari emas yang mereka buat sendiri, padahal nabi mereka, Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam masih bersama mereka. Padahal mereka baru saja secara ajaib dapat bebas dari cengkeraman Fir'aun yang telah menganiaya mereka selama ratusan tahun tanpa seorang pun dari mereka dapat melawannya. Padahal mereka baru menyaksikan dan mengalami sendiri, peristiwa ajaib berupa terbelahnya lautan yang mustahil terjadi dengan pengetahuan apapun dari akal manusia. Lihat bagaimana nafsu material mereka atau nafsu kebendaan mereka menyesatkan mereka dari kebenaran yang telah dan sedang mereka alami.
Cerita dari Masa Lalu
Cerita sejarah masa lalu, terutama bersumber dari kitab suci Al Quran, hadis Nabi saw dan ilham para ulama Islam.
Senin, 07 April 2014
Jumat, 28 Maret 2014
Asal Mula Penyembahan Berhala (1)
Allah berfirman dalam Al Quran yang artinya:
"Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: 'Jangan sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr'" (QS Nuh: 23).
Para ulama meriwayatkan, inilah nama-nama berhala yang pertama kali disembah manusia setelah sekian lama mereka beriman.
Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr sebetulnya adalah nama-nama orang shalih yang hidup antara zaman Nabi Adam as dan Nabi Nuh as. Sebagai orang shalih, mereka mempunyai pengikut-pengikut yang amat mencintai mereka. Setelah mereka meninggal, pengikut-pengikutnya yang sangat sayang pada mereka ditipu oleh iblis sehingga membuat gambar-gambar orang-orang shalih ini untuk mengingat jasa mereka. Jika mereka rindu, mereka akan memandang gambar tersebut dalam majelis mereka.
Iblis kemudian menipu mereka lagi. Kata Iblis, "Jika kalian merindukan mereka, maukah kalian jika kubuatkan patung yang serupa dengannya agar kalian dapat mengingatnya di rumah-rumah kalian?" "Ya, kami mau," jawab mereka. Maka Iblis pun membuatkan patung yang dapat mereka bawa pulang. Jika mereka merindukan orang shalih itu, mereka menghadap ke patung itu dan mengingatnya. Perbuatan ini dilihat oleh anak-anak mereka.
Setelah orang tuanya meninggal, anak-anak itu meneruskan kebiasaan orang tuanya. Kebiasaan ini berlangsung hingga anak-anak mereka. Lambat laun jaman berganti, orang-orang shalih sudah meninggal, anak-anak mereka sudah tak lagi mengetahui mengapa orang tuanya menghadap patung. Mereka hanya meneruskan kebiasaan itu. Iblis menyesatkan mereka dari generasi ke generasi dengan menambah-nambah tata cara menghadap patung itu. Akhirnya setelah beberapa generasi berlalu, mereka menyembah patung-patung itu dan mereka mengadakan tata cara peribadatan yang sama sekali tidak pernah diajarkan Allah melalui rasul-rasul-Nya. Kemudian prosesi penyembahan patung ini pun menjadi agama yang sesat yang menyalahi agama Allah. Ini adalah asal mula orang mulai menyembah patung atau berhala. Ribuan tahun berlalu, manusia makin banyak dan berbangsa-bangsa, maka penyembahan berhala pun tumbuh di antara bangsa-bangsa tersebut.
Kelima berhala kaum Nabi Nuh as kemudian ditemukan kembali oleh orang-orang Arab di Hijaz dan kembali disembah oleh mereka.
Sebagian berhala dan dewa-dewa yang disembah orang baik di masa lalu maupun sekarang, dulunya adalah manusia. Mungkin sebagian dari mereka adalah orang-orang shalih yang bertaqwa pada Allah. Yang sebagian lagi berasal dari mitologi/kisah-kisah yang mereka ciptakan sendiri. Jika kita lihat sejarah, bangsa-bangsa Indo-Eropa atau bangsa Arya kebanyakan adalah penganut polytheisme atau menyembah banyak tuhan. Begitu juga Bangsa Mesir (Qibthi) dan Bangsa Cina atau Mongol.
Dewa-dewa Indo-Eropa
Akar kebudayaan Eropa saat ini adalah kebudayaan latin bangsa Romawi. Dewa bangsa Romawi di antaranya adalah Yupiter, Apollo, Mars, Venus, dan lain-lain. Begitu juga bangsa Indo-Eropa/Arya yang lain. Bangsa Yunani, bangsa Nordic Eropa Utara, bangsa Slavia, bangsa Persia dan bangsa India dan semuanya menyembah banyak dewa.
Bangsa Persia menyembah dewa-dewa Asha Vahista, Keshatra Vairya, Haurvatat di samping dewa utama, Ahura Mazda yang dilambangkan dengan api. Kita mengenalnya sebagai orang majusi penyembah api yang disebut dalam Al Quran. Kata "majusi" di sini satu akar dengan kata "magi" yaitu nama salah satu suku dari bangsa Median (Midian? Salah satu putra Nabi Ibrahim as), moyang bangsa Persia. Dari "magi" diturunkan kata "magic" yang berarti 'sihir' dalam bahasa Inggris. Ini mengingatkan kita kepada kisah Al Quran tentang diturunkannya dua malaikat Harut dan Marut di Babylon (Iraq) untuk mengajarkan sihir pada manusia. Bukan tak mungkin sihir yang diajarkan Harut dan Marut itu berkembang di kalangan suku Magi hingga kata 'magi' berubah makna menjadi 'sihir'.
Sebenarnya, pendiri agama ini, Zarathustra atau Zoroaster selama hidupnya mengajak kaumnya menyembah Tuhan Yang Esa. Bahkan dia memerangi praktek penyembahan tuhan yang banyak dan pengorbanan manusia atau hewan oleh leluhur bangsa Persia. Dakwahnya meluas hingga seorang raja Persia kuno Vishtaspa dan ratunya Hutosa yang berkedudukan di Bactria (Afghanistan utara) beralih memeluk agama Zarathustra. Setelah dia meninggal, kaumnya mulai menambah sesembahan mereka dengan dewa-dewa yang tersebut di atas dan membuat ritual-ritual penyembahan api, hingga masa kini.
Saat ini agama Majusi masih memiliki penganut ratusan ribu orang di beberapa negara, terutama Iran.
Berhala-berhala Arab
Bangsa Arab Quraisy yang berdiam di Mekkah awalnya adalah pengikut agama Nabi Ibrahim as. Pada suatu masa, jauh sebelum kelahiran Rasulullah saw., ada seorang pemimpin Quraisy yang bernama 'Amr bin Luhay. Dia adalah orang yang sering berdagang ke Damsyik (Damaskus) yang ketika itu merupakan pusat pertemuan pedagang seluruh dunia. Di Damaskus yang ketika itu dikuasai Romawi, 'Amr bin Luhay mulai berkenalan dengan berhala-berhala Romawi. Akhirnya dia membawa pulang sebuah berhala yang konon dihadiahkan oleh Kaisar Romawi. Berhala itu dinamakan Hubal dan diletakkan di dalam Ka'bah. Semenjak itu, lambat laun orang Quraisy mulai meletakkan berhala satu persatu di sekeliling Ka'bah. Ketika Rasulullah saw lahir beberapa ratus tahun kemudian, jumlah berhala yang mengelilingi Ka'bah sudah berjumlah 360 dan telah muncul berbagai macam upacara penyembahan berhala.
Di Thaif, orang-orangnya menyembah berhala yang bernama Latt. Latt adalah sebuah berhala perempuan. Mereka memanggilnya "Rabbah" yang berarti 'Dewi'. Latt sebenarnya adalah berhala Yunani yaitu Afrodit atau Dewi Cinta yang juga diadopsi dari orang-orang Yunani-Romawi yang berada di Damaskus.
Selain itu berhala lainnya adalah Manat, Uzza dan banyak lainnya. Kebanyakan berhala-berhala ini adalah orang-orang shalih Arab masa lalu.
"Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: 'Jangan sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr'" (QS Nuh: 23).
Para ulama meriwayatkan, inilah nama-nama berhala yang pertama kali disembah manusia setelah sekian lama mereka beriman.
Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr sebetulnya adalah nama-nama orang shalih yang hidup antara zaman Nabi Adam as dan Nabi Nuh as. Sebagai orang shalih, mereka mempunyai pengikut-pengikut yang amat mencintai mereka. Setelah mereka meninggal, pengikut-pengikutnya yang sangat sayang pada mereka ditipu oleh iblis sehingga membuat gambar-gambar orang-orang shalih ini untuk mengingat jasa mereka. Jika mereka rindu, mereka akan memandang gambar tersebut dalam majelis mereka.
Iblis kemudian menipu mereka lagi. Kata Iblis, "Jika kalian merindukan mereka, maukah kalian jika kubuatkan patung yang serupa dengannya agar kalian dapat mengingatnya di rumah-rumah kalian?" "Ya, kami mau," jawab mereka. Maka Iblis pun membuatkan patung yang dapat mereka bawa pulang. Jika mereka merindukan orang shalih itu, mereka menghadap ke patung itu dan mengingatnya. Perbuatan ini dilihat oleh anak-anak mereka.
Setelah orang tuanya meninggal, anak-anak itu meneruskan kebiasaan orang tuanya. Kebiasaan ini berlangsung hingga anak-anak mereka. Lambat laun jaman berganti, orang-orang shalih sudah meninggal, anak-anak mereka sudah tak lagi mengetahui mengapa orang tuanya menghadap patung. Mereka hanya meneruskan kebiasaan itu. Iblis menyesatkan mereka dari generasi ke generasi dengan menambah-nambah tata cara menghadap patung itu. Akhirnya setelah beberapa generasi berlalu, mereka menyembah patung-patung itu dan mereka mengadakan tata cara peribadatan yang sama sekali tidak pernah diajarkan Allah melalui rasul-rasul-Nya. Kemudian prosesi penyembahan patung ini pun menjadi agama yang sesat yang menyalahi agama Allah. Ini adalah asal mula orang mulai menyembah patung atau berhala. Ribuan tahun berlalu, manusia makin banyak dan berbangsa-bangsa, maka penyembahan berhala pun tumbuh di antara bangsa-bangsa tersebut.
Kelima berhala kaum Nabi Nuh as kemudian ditemukan kembali oleh orang-orang Arab di Hijaz dan kembali disembah oleh mereka.
Sebagian berhala dan dewa-dewa yang disembah orang baik di masa lalu maupun sekarang, dulunya adalah manusia. Mungkin sebagian dari mereka adalah orang-orang shalih yang bertaqwa pada Allah. Yang sebagian lagi berasal dari mitologi/kisah-kisah yang mereka ciptakan sendiri. Jika kita lihat sejarah, bangsa-bangsa Indo-Eropa atau bangsa Arya kebanyakan adalah penganut polytheisme atau menyembah banyak tuhan. Begitu juga Bangsa Mesir (Qibthi) dan Bangsa Cina atau Mongol.
Dewa-dewa Indo-Eropa
Akar kebudayaan Eropa saat ini adalah kebudayaan latin bangsa Romawi. Dewa bangsa Romawi di antaranya adalah Yupiter, Apollo, Mars, Venus, dan lain-lain. Begitu juga bangsa Indo-Eropa/Arya yang lain. Bangsa Yunani, bangsa Nordic Eropa Utara, bangsa Slavia, bangsa Persia dan bangsa India dan semuanya menyembah banyak dewa.
Bangsa Persia menyembah dewa-dewa Asha Vahista, Keshatra Vairya, Haurvatat di samping dewa utama, Ahura Mazda yang dilambangkan dengan api. Kita mengenalnya sebagai orang majusi penyembah api yang disebut dalam Al Quran. Kata "majusi" di sini satu akar dengan kata "magi" yaitu nama salah satu suku dari bangsa Median (Midian? Salah satu putra Nabi Ibrahim as), moyang bangsa Persia. Dari "magi" diturunkan kata "magic" yang berarti 'sihir' dalam bahasa Inggris. Ini mengingatkan kita kepada kisah Al Quran tentang diturunkannya dua malaikat Harut dan Marut di Babylon (Iraq) untuk mengajarkan sihir pada manusia. Bukan tak mungkin sihir yang diajarkan Harut dan Marut itu berkembang di kalangan suku Magi hingga kata 'magi' berubah makna menjadi 'sihir'.
Sebenarnya, pendiri agama ini, Zarathustra atau Zoroaster selama hidupnya mengajak kaumnya menyembah Tuhan Yang Esa. Bahkan dia memerangi praktek penyembahan tuhan yang banyak dan pengorbanan manusia atau hewan oleh leluhur bangsa Persia. Dakwahnya meluas hingga seorang raja Persia kuno Vishtaspa dan ratunya Hutosa yang berkedudukan di Bactria (Afghanistan utara) beralih memeluk agama Zarathustra. Setelah dia meninggal, kaumnya mulai menambah sesembahan mereka dengan dewa-dewa yang tersebut di atas dan membuat ritual-ritual penyembahan api, hingga masa kini.
Saat ini agama Majusi masih memiliki penganut ratusan ribu orang di beberapa negara, terutama Iran.
Berhala-berhala Arab
Bangsa Arab Quraisy yang berdiam di Mekkah awalnya adalah pengikut agama Nabi Ibrahim as. Pada suatu masa, jauh sebelum kelahiran Rasulullah saw., ada seorang pemimpin Quraisy yang bernama 'Amr bin Luhay. Dia adalah orang yang sering berdagang ke Damsyik (Damaskus) yang ketika itu merupakan pusat pertemuan pedagang seluruh dunia. Di Damaskus yang ketika itu dikuasai Romawi, 'Amr bin Luhay mulai berkenalan dengan berhala-berhala Romawi. Akhirnya dia membawa pulang sebuah berhala yang konon dihadiahkan oleh Kaisar Romawi. Berhala itu dinamakan Hubal dan diletakkan di dalam Ka'bah. Semenjak itu, lambat laun orang Quraisy mulai meletakkan berhala satu persatu di sekeliling Ka'bah. Ketika Rasulullah saw lahir beberapa ratus tahun kemudian, jumlah berhala yang mengelilingi Ka'bah sudah berjumlah 360 dan telah muncul berbagai macam upacara penyembahan berhala.
Di Thaif, orang-orangnya menyembah berhala yang bernama Latt. Latt adalah sebuah berhala perempuan. Mereka memanggilnya "Rabbah" yang berarti 'Dewi'. Latt sebenarnya adalah berhala Yunani yaitu Afrodit atau Dewi Cinta yang juga diadopsi dari orang-orang Yunani-Romawi yang berada di Damaskus.
Selain itu berhala lainnya adalah Manat, Uzza dan banyak lainnya. Kebanyakan berhala-berhala ini adalah orang-orang shalih Arab masa lalu.
Langganan:
Postingan (Atom)